Selasa, Oktober 11, 2011

Semangat Sepeda

Memanjat itu seru, yang menyebalkan itu saat jatuh dan yang lebih menyebalkannya lagi terpuruk dalam kejatuhan dan menyerah untuk bangkit kembali..

.......................................
.......................
......


Masih kuingat masa kecilku saat Ayah dan Ibu memberiku hadiah, sebuah sepeda di ulang tahun yang ke - 10. Aku senang. Sangat senang.

Berkali - kali aku jatuh dalam usahaku menguasai sepeda yang roda kecil tambahan dibagian belakangnya sudah dilepas. Aku ingin tantangan. Menantang diriku untuk tidak bergantung pada roda bantuan. Menghentikan ejekan teman - teman yang sudah piawai dengan sepedanya masing - masing. Aku berjuang. Aku jatuh. Lagi dan lagi. Tapi aku tetap berusaha sampai aku bisa.

Masih kuingat......

Dalam usahaku menguasai sepeda. Ada banyak sakit dan luka. Di jidat, lutut, sikut, tangan, paha, pergelangan kaki, terkilir, memar, berdarah sampai patah tulang ringan. Tapi semua sakit dan luka kusambut dengan cengiran dan tawa kecil. Saat itu aku tak pernah menangis. Entah kenapa? Setiap kali jatuh yang kulakukan hanya meringis tanpa tangis.

Aku juga ingat......

Kejatuhan paling parah saat aku bersepeda.....

Di jalanan besar komplek perumahan. Mengayuh sepeda sekencang aku bisa mecoba beberapa atraksi lalu terpelanting karena jalan berlubang ketika aku sedang berdiri diatas sepeda dan lututku harus kehilangan kulitnya. Darah bercucuran. Aku meringis lalu terdiam menenangkan diri sambil mencari ke arah mana sepedaku melemparkan diri.

"Wah, jauh sekali rupanya!" Terkekeh dalam hati.

Aku mencoba berdiri dan jatuh kembali merasakan lutut luar biasa nyeri. Aku baru sadar bahwa tadi aku jatuh keras sekali sehingga aku kesulitan berdiri dan berjalan tertatih - tatih menuju sepeda yang terbaring tak sadarkan diri.

Sakit?
Tentu saja!
Tapi aku tetap bisa mengayuh sepeda sampai rumah. Mengobati luka seadanya lalu keesokan harinya aku tetap main sepeda walau lukanya masih basah. Bersenang - senang.

Dasar anak - anak!

Mengingat hal - hal tadi dan melihat aku saat ini membuat aku malu pada sosok anak itu.

Ayolah, bangkit anak muda! Bersenang - senanglah!