Senin, April 14, 2008

Pulang kampung trip

Am going home on 12th april 2008.
Ngeteng cuy biar murah gitu wiw. Naek travel dari jakarta - bandung pan 60 ebu nambah angkot lagi 2 ebu total 62 ebu tibalah dirumah, kalo naek bis primajasa dari lebak bulus ampe cileunya cuman dua polo tiga (23) ebu lanjut another bus ke arah du dari jatinangor dengan biaya 3 ebu trus angkot lagi 2 ebu , total 28 ebu tibalah dirumah, lebih murah bukan. (otomatis)
i prefer the second choice lebih repot memang tapi gw emang sedang menginginkan kerepotan jadi, ya sutralah di take aja yang kedua.
jam 4 dari lebak bulus nyampe ditempat tujuan skitaran jam 7, tapi something new from my trip that day adalah kalo biasanya gw turun dicileunyi trus lanjut dengan ritual berikutnya "no" kali ini ngga, berhubung bis yang ke du kan udah ga akan ada jam 7 lewat mah. So menuruti rasa sok tau gw, begitu sang kondektur menerikan
"yang turun di moh. Toha siap - siap"
seperti mantra sihir yang mengendalikan diri ini, gw berdiri dan stand by dipintu bis menunggu diberi aba - aba untuk turun oleh sang kondektur.
Sebelumnya memang ada orang - orang yang turun ditengah tol dan entah bagaimana caranya mereka bisa sampai di tempat tujuan mereka masing - masing.
Sampe terbukalah pintu dan turunlah gw di tengah tol lalu bis melaju pergi meninggalkan gw dalam gelap.
"what am i gonna do?"
untuk sesaat gw menghirup udara dari atmosphere bandung banyak - banyak and thinking

1. Menjadi hitchiker yang melambaikan tangan kepada mobil - mobil yang melaju dengan kencang, kayanya ga mungkin ada yang ngangkut cuy indonesia gitu dengan tingkat kejahatan yang aduhai yang bisa - bisa gw dianggap penjahat dengan modus baru. No
2. ato gw ketengah tol aja gitu ngasih sign lewat morse pake baju yang gw anggap layaknya bendera morse berharap ada yang menangkap signal dan memberi tumpangan tapi ampe mana? Dan resikonya maot aja ketabrak mobil yang gas pooolll wiw. No
3. Mencari tempat untuk meraih jalan yang cukup landai untuk keluar dari jalur bebas hambatan dan menggapai jalan penuh kemacetan yang berada diujung jalan dijalan yang gw lihat tepat dibawah gw berdiri saat ini. Yes

in the dark am walking paling cahaya datang dan pergi secepat mobil yang melaju kencang lewat sesaat dan gelap lagi. akhirnya gw dapat melihat jalan setapak yang tidak terlalu terjal yang sepertinya memang menjadi satu - satunya jalan untuk keluar dari jalur bebas hambatan yang biasa dilalui orang - orang dan membentuk garis coklat direrumputan sekitarnya.
Aduh mak, mana ujan ga ada ojek, buecek. Licin banget tanahnya ampir gw `tikusruk` tapi untungnya gw bisa mendarat dengan mulus.
Finally gw berhasil keluar dari jalur bebas hambatan yang gelap itu dan mendapat tempat yang lebih terang yang cahayanya berasal dari rumah entah rumah siapa yang berada didepan gw saat ini.
Sepatu baru gw jadi korban keterjalan medan dan keganasan tanah lumpur yang basah, ya ilah udah serasa high heels aja gitu, dengan tumpukan tanah ditelapak sepatu, cari kayu sana kopel - kopel tanah yang menempel and i did.
Lalu gw terus berjalan menuju keramaian sirine dan deruman pedal gas mobil yang diinjak terdengar di ujung jalan sana.
Another confused hmhmhm ... Dari sini naek apa lagi ya.
Sampe akhirnya menemukan angkot yang menuju ke kalapa dan selanjutnya gw tau harus kemana lagi.

Home am here

Tidak ada komentar: